Kamis, 27 Januari 2011

Cerpen - Sekolah Itu Penting

SEKOLAH Septa adalah anak laki-laki yang terlahir dari keluarga yang kaya raya, segala yang ia inginkan selalu diberikan oleh orang tuanya. Karena itulah ia menjadi anak yang manja dan malas. Septa sering membolos sekolah dan malas belajar. Meskipun orang tuanya sering memarahinya tapi ia tak mau menurut dan bersikap tak acuh. Berbeda dengan sepupunya, Emi. Meskipun Emi juga anak orang kaya tetapi ia rajin belajar dan tidak manja.Pada suatu hari, sepulang sekolah mereka pergi jalan-jalan ke supermaket dekat rumah mereka. Selsai dari supermarket, mereka berjalan kaki menuju rumah. Tanpa sengaja, Emi melihat seorang anak laki-laki yang umurnya tak jauh dari mereka sedang memulung sampah di sisi kanan jalan. Emi yang hatinya lembut, merasa kadihan terhadap anak itu dan mendekatinya. Septa yang merasa heran hanya mengikuti Emi dari belakang. Emi menyapa anak itu, lalu ia merogoh saku seragam sekolahnya. Emi mengeluarkan uang Rp 50.000 dan memberikan uang itu pada anak laki-laki itu. Sesaat ia tidak mau menerima pemberian Emi, setelah Emi membujuknya baru ia mau menerima uang itu.”Nama kamu siapa?” tanya Emi”Nama saya Ali””Apakah kamu tidak sekolah?””Tidak””Emi, ayo kita pulang,” bisik SeptaDalam perjalanan pulang, Septa bertanya pada Emi,”Untuk apa kamu memberikan uang pada anak pemulung itu?””Jangan begitu, aku kasihan padanya.” jawab EmiSetelah kejadian itu, Emi masih memikirkan nasib Ali. Tiba-tiba terlintas di benaknya, ia akan menceritakan tentang Ali pada Paman Yudha. Paman Yudha adalah orang yang baik hati, ia memiliki tiga anak asuh yang ia sekolahkan. Lalu Emi bergegas ke rumah Septa dan mengajaknya untuk menemui Paman Yudha. Sesampainya, Emi menceritakan semua yang ia ketahui tentang Ali. Paman Yudha mengerti apa yang diinginkan Emi, lalu ia meminta Emi dan Septa untuk mengajak Ali ke rumahnya. Dengan segera mereka pergi mencari Ali. Emi dan Septa mencari Ali di tempat pertama kali mereka bertemu. Tak lama akhirnya mereka bertemu dan pergi ke rumah Paman Yudha. Jarak rumah Paman Yudha tak begitu jauh sehingga tak butuh waktu lama untuk sampai. Sesampainya mereka di sambut dengan teh dan kue yang enak. Ketika Emi dan Septa menikmati hidangan, Paman Yudha berbincang-bincang dengan Ali. Dari sinilah mereka semua mengetahui, bahwa Ali putus sekolah pada saat ia duduk di kelas 5 SD. Ali hanya tinggal dengan ibunya. Ibunya yang bekerja serabutan tak mampu membiayai sekolah Ali sehingga Ali pun harus bekerja untuknya dan ibunya. Ali sebenarnya anak yang pintar dan giat belajar. Paman bertanya pada Ali di mana Ali tinggal dan Ali pun memberitahu Paman.Keesokan harinya, Septa dan Emi menerima telepon dari Paman Yudha. Paman Yudha memberitahu bahwa ia akan pergi ke rumah Ali dan ia berniat mengajak Emi dan Septa. Dengan segera Emi dan Septa pergi ke rumah Paman Yudha. Paman Yudha menunggu kedua ponakannya di halaman rumah. Ketika keduanya mulai tampak, Paman Yudha memanggil mereka dan pergi dengan mengendarai mobilnya menuju rumah Ali.Akhirnya mereka pun sampai. Kebetulan pada saat itu Ali berada di rumah, Ali menyambut mereka dengan hangat. Tanpa basa-basi, Paman Yudha meminta Ali untuk memanggil ibunya Ali. Setelah bertemu, Paman Yudha dan ibunya Ali berbincang-bincang. Paman menawarkan pada ibunya Ali agar Ali menjadi anak asuhnya. Paman berjanji bahwa Ali akan di sekolahkan dan ia akan berusaha agar Ali mendapatkan beasiswa yang pantas Ali dapatkan. Wajah Ali berseri-seri mendengar tawaran Paman Yudha, akhirnya keinginan ia kembali bersekolah terwujud juga. Ali menoleh ke arah ibunya. Ibunya Ali yang melihat anaknya senang, akhirnya menyetujui tawaran itu. Ali berterima kasih pada Paman Yudha dan mengucapkan rasa syukurnya. Ia berjanji pada Paman, bahwa ia akan belajar dengan bersungguh-sungguh dan tidak akan malas belajar. melihat kesungguhan dan keteguhan Ali untuk kembali bersekolah, Septa merasa malu pada dirinya sendiri. Ia sadar, tak semua anak seberuntung dirinya, tak semua anak bisa bersekolah dengan mudah seperti dirinya, dan tak semua anak hidup berkecukupan seperti dirinya.Setelah kejadian itu, Septa berubah menjadi anak yang rajin belajar. Ia tak lagi membolos sekolah dan ia bersungguh-sungguh dalam usaha mencapai cita-citanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar